Cerita Sex ā setelah sebelumnya ada kisah Bermula Dari Nonton BF Bareng Teman Kost Cewek, kini ada cerita Kisah Nyata Istri Tetangga Yang Butuh Kepuasan. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot. Sekitar satu bulan yang lalu tepatnya di hari minggu sekitar jam subuh Aku keluar rumah untuk olah raga atau berlari subuh sebagaimana yang kulakukan setiap hari minggu subuh. Namun, kali ini lari subuh yang kulakukan sangat bermakna, sebab aku ditemani oleh seorang tetangga dekat. Sebut saja namanya āDinaā. Dia adalah Suami sah orang lain yang sudah memiliki 2 orang anak, tapi penampilannya masih cukup menarik. Kulitnya mulus, putih dan tubuhnya langsing. oia, Kenalkan nama saya Rano. Usia 38 tahun, tinggi 150 cm dan berat badan 60 kg, warna kulit coklat kehitaman serta rambut lurus. Ketika aku keluar melewati pintu pagar, secara samar-samar aku melihat sesosok tubuh dengan kaos warna hitam melekat di tubuhnya serta celana setengah panjang tergantung di atas lututnya membuka pintu rumahnya lalu mengikutiku. Aku tetap saja jalan agak cepat dan berpura-pura tidak memperhatikannya, tapi saat aku memasuki sebuah lorong, iapun semakin dekat di belakangku. Aku sangat yakin kalau Dina sengaja mengejarku untuk berlari subuh bersama. āPak, tunggu Pakā panggilnya dari belakang, tapi aku tetap berlari, tapi sengaja kukurangi kecepatannya agar ia bisa lebih dekat denganku. āPak, tunggu donk Pak, aku capek nih, kita sama-sama ajaā teriaknya dengan suara yang tidak terlalu keras. Setelah kudengar nafasnya terengah-engah karena jaraknya sudah semakin dekat denganku, mungkin sekitar 10 meter di belakangku, aku lalu berhenti menunggunya, sebab kedengarannya ia capek sekali. āAda apa Bu, kenapa ibu mengejarku?ā tanyaku sambil berhenti. āTidak ada apa-apa. Aku hanya mengejar bapak agar kita bisa lari bersama, biar lebih santai dan kita bisa sambil ngobrolā katanya dengan nafas terputus-putus karena kecapean. Setelah Dina berada di samping kiriku, kami lalu lari bersama, tapi kali ini tidak terlalu kencang, bahkan terkesan lari-lari kecil, yang penting tubuh kami bisa bergerak-gerak sehingga terkesan berolahraga pagi. āNgomong-omong, apa ibu juga secara rutin lari subuh setiap hari minggu?ā tanyaku pada Dina sambil berlari kecil. āNggak kok, cuma kebetulan kudengar pintu rumah bapak terbuka dan kulihat bapak keluar berpakaian olah raga, sehingga tiba-tiba aku juga tertarik untuk menyegarkan tubuh dan menghirup udara subuhā jawabnya. āKenapa Nggak sekalian keluar sama suami ibu atau anak-anak ibu?ā tanyaku lagi sambil tetap berlari. āAnu Pak, suami saya itu baru saja pulang dari jaga malam, maklum kerjaan satpam jarang sekali bermalam di rumahā jawabnya santai. Kebetulan suami Dina tugas malam sebagai satpam pada salah satu perusahaan swasta di kota kami. Mendengar ucapan Dina itu, aku jadi terpancing untuk bertanya lebih jauh tentang kehidupan rumah tangganya. Apalagi kami sudah sering bicara humor. Aku sangat paham kalau Dina orangnya terbuka, lugu dan sedikit genit. Aku merasa berpeluang besar untuk bertanya lebih banyak padanya soal hubungannya dengan suaminya. āMaaf Bu, kalau aku terlalu jauh bertanya. Jadi kedua anak ibu itu dicetak pada siang hari semua donk, sebab suami ibu jarang berada di rumah pada malam hari,ā kata saya pada Dina, namun ia tetap tidak tersinggung, bahkan nampaknya ia tetap bersikap biasa-biasa saja. āBukan pada siang hari Pak, tapi pada subuh dan pagi hari, sebab biasanya suami saya pulang pada subuh hari dan langsung saja mengambil jatah malamnya, apalagi dalam keadaan ia haus,ā katanya santai. Setelah capek, kami beristirahat sejenak di atas jembatan sambil bersandar di pagar besi jembatan. Kebetulan di atas jembatan itu, banyak orang sedang ngobrol dan membahas masalahnya masing-masing. āBu Din, kalau begitu waktu anda berhubungan dengan suami anda selalu singkat dan dilakukan secara terburu-buru, sebab anak-anak anda sudah mulai bangun, lagi pula suami anda sangat ngantukā pancingku padanya. āYah begitulah kebiasaan kami, lalu mau apa lagi jika memang waktunya yang paling tepat hanya saat itu. Sebab di siang hari, anak-anak kami pada berkeliaran dalam rumah dan tamu-tamupun yang datang harus disambutā katanya serius, tapi tetap santai. āKalau begitu anda tidak pernah menikmati hubungan suami istri yang sebenarnya sebagaimana layaknya suami istriā pancingku lagi. āKenapa tidak, kami merasa sama-sama menikmatinya. Buktinya kami punya dua orang anakā katanya serius sekali sambil memandangiku. Tanpa berhenti bicara, kami lalu berjalan lagi memutar ke jalan menuju rumah kami kembali. Aku coba memikirkan apa lagi yang dapat kutanyakan pada Dina mengenai hubungannya dengan suaminya. Ini kesempatan emas bagiku untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang kehidupannya di atas ranjang bersama suami, sebab aku berniat membuat ia penasaran agar merasa membutuhkan sex lebih dari yang didapatkan dari suaminya. Aku sebenarnya ingin merangsang dia agar mau melakukan bersama denganku. āBu Din, sex itu sebenarnya melebihi dari apa yang anda lakukan bersama suami anda. Suami-Istri harus menikmati kepuasan berkali-kali minimal selama 3 jam tanpa sedikitpun rasa tergesa-gesa dan takut. Menerapkan berbagai macam gaya dan posisi. Anda tentu tidak sempat menikmati semua itu khan?ā jelas saya pada Dina panjang lebar. āOh yah, tapi bagaimana caranya jika suamiku tidak memungkinkan melakukan hal itu atau tidak mau melakukannya?ā tanyanya serius. Nafas Dina sangat keras kedengaran ketika ia selesai menanyakan hal itu, bahkan sempat memandangiku dengan penuh harap dan bergairah. āSekiranya ada orang lain yang bersedia memberikan kenikmatan itu pada Ibu Dina, apa ibu tidak keberatan menerimanya?ā tanyaku lebih berani. āOrang lain siapa misalnya?ā tanyanya sambil berhenti. āSa.. Sa.. Saya misalnya. Maaf ini hanya sekedar misal Buā jelasku sedikit khawatir kalau-kalau ia tersinggung dan memarahiku. āBe.. Betulkah ucapan bapak itu? Mana bapak mau sama sayaā ucapannya. āBoleh saja terjadi jika memang hal itu sama-sama dibutuhkan, apalagi terhadap wanita cantik lagi muda seperti ibu Dina iniā ucapku sambil tersenyum memandangi wajah ibu Dina yang bertubuh langsing itu. āHa.. Ha.. Ha, bisa aja bapak ini. Gombal ni yeeā katanya terbahak. āBetul Bu. Aku serius. Aku tidak main-main nih..ā kataku tegas. Mendengar ketegasanku itu, Ibu Dina tersentak kaget dan tiba-tiba meraih tanganku lalu mengajakku berhenti di pinggir jalan. Sambil kami berhadap-hadapan dengan jarah sekitar 2 jengkal. Dina lalu berkata āBila ucapan bapak itu benar dan serius, akupun serius dan bersedia. Tapi bagaimana caranya Pak agar perbuatan kita lebih aman?ā tanyanya. āSuamimu biasanya bangunnya jam berapa?ā tanyaku lebih mengarah lagi. āBiasanya jam atau siangā jawabnya serius sekali. āKebetulan sekali istri dan anak-anakku mau pulang kampung membesuk keluarga. Mungkin jam sore baru balik. Bagaimana kalau ibu bilang sama anak-anaknya bahwa ibu mau ke pasar, lalu ibu masuk ke rumahku?ā tawaranku lebih lanjut. āOke, tunggu saja Pak. Sebentar aku akan masuk dari pintu belakang rumah bapak biar tidak ada yang melihatkuā katanya berbisik. Setelah kami sepakat, kami lalu berpisah dan lewat jalan yang berbeda agar tetangga tidak curiga pada kami, apalagi sudah jam menit. Hanya sekitar 5 menit setelah aku masuk ke rumah, pintu belakang rumah kelihatan terbuka dengan pelan. Ternyata Ibu Dina menepati janjinya. Ia masuk dengan pelan tanpa mengganti pakaian yang dipakainya tadi. Hanya saja bau tubuhya terasa lebih harum menyengat di hidungku. āBu, adakah yang melihat ibu ke sini?ā tanyaku setelah aku menutup dan mengunci pintu depan dan belakang. āTidak ada Pak. Suamiku masih tertidur nyenyak dan anak-anakku lagi main di luar dengan teman-temannya. Aku mengunci pintu dari luarā katanya sambil jalan menuju tempat tidurku. Setelah kami duduk berdampingan di pinggir tempat tidur, kami sempat bertatapan muka tanpa sepatah katapun sejenak. Namun, karena kami sudah saling penasaran dan saling terbakar nafsu, maka kami lalu segera berbalik arah sehingga kami saling berhadap-hadapan dengan jarak yang dekat sekali. Karena dekatnya, maka nafas Dina terasa menyapu hidungku yang membuat aku sedikit gemetar. āAyo Bu kita mulai permainannyaā pintaku sambil kuulurkan kedua tanganku untuk meraih kedua tangannya. āTerserah bapaklah. Aku turuti saja kemauan bapakā katanya sambil menatap wajahku. Mula-mula aku menyentuh kedua tangannya, lalu naik ke lengan, bahu, leher, pipi dan telinganya sampai mengelus-elus rambut dan dagunya. Dina hanya diam menerima perlakuanku. Namun setelah kedua tanganku merangkul punggungnya dan mencium pipi dan bibirnya, iapun mulai bergerak membalasnya, sehingga kami saling berpagutan dan mengisap. āBoleh saya masukkan tanganku Bu?ā tanyaku sambil menyelusupkan kedua tanganku masuk di balik kaos yang dipakainya dan secara perlahan menembus masuk di balik BH tipis yang dikenakannya. Dina hanya mengangguk sambil merangkulku dengan keras dan merapatkan tubhnya di tubhku, sehingga terasa hangatnya di dadaku. āBoleh kubuka pakaiannya Bu?ā tanyaku lagi setelah puas memainkan kedua payudaranya dari dalam pakaiannya. Ia lagi-lagi hanya mengangguk dan melonggarkan rangkulannya guna memudahkan aku melucuti pakaiannya. Setelah kaos dan BH yang dikenakannya semuanya terlepas dari tubuhnya, aku sejenak melepaskan rangkulan dan pagutan untuk memperhatikan indahnya bentuk tubuhnya yang telanjang, terutama kedua payudaranya yang tergantung di dadanya. Aku sempat terperangah ketika menyaksikan kedua payudaranya yang sangat putih dan mulus, bahkan ukurannya cukup sederhana dan masih keras seperti belum pernah terjamah saja. Maklum kedua anaknya tidak pernah menetekinya, sebab keduanya sejak lahir memang dibiasakan meminum air susu kaleng dengan botol. Setelah puas memandanginya, aku segera meraih kedua bukit kembarnya dan menyerangnya secara bergantian dengan mulutku. Kuhisap putingnya berkali-kali agar ia cepat terangsang. Dina hanya bergelinjang dan berdesis. āAduh, cepat buka Pak, aku sudah tidak tahan nih. Ayo Pakā pintanya berkali-kali, namun aku sengaja tidak peduli ucapannya. Bahkan aku semakin mempercepat isapanku pada teteknya, lehernya, pusarnya dan seluruh tubuh telanjangnya. āAyo donk Pak, buka cepat pakaiannya, aku sudah tak tahanā pintanya lagi. Kali ini kubuka bajuku lalu celana panjang yang kupakai berlari tadi. Setelah tersisa hanya celana kolorku saja, aku lalu menurunkan celana setengah panjang yang dikenakannya, sehingga kami sama-sama setengah bugil. Kami saling berpelukan dan bergulingan di atas kasur sambil saling meraba seluruh tubuh. Setelah itu aku mengangkanginya, lalu menelanjanginya setelah menelanjangi diriku. Kini kami sudah sama-sama bugil tanpa sehelain benangpun menutupi tubuh kami. āPak, ayo dong Pak. Masukkan cepat, aku sudah ingin sekali menikmatinya biar cepat selesaiā bisiknya sambil menarik tubuhku lebih dekat ke arah kemaluannya. Aku patuhi permintaannya. Aku dengan mudah membuka kedua pahanya, sehingga nampak jelas kelentitnya yang mungil berwarna merah jambu muda. Terasa sedikit basah oleh cairan pelicin yang keluar dari sela-sela vaginanya. Bulu-bulu yang tumbuh di sekitarnya cukup tipis dan rapi seolah terawat dengan baik. āTahan donk sayang, waktu kita masih panjang. Lagi pula kan aku akan tunjukkan semua permainanku yang belum pernah ibu rasakanā pintaku sambil meraba-raba dan sesekali menusuk-nusuk dengan telunjuk pada lubang yang sedikit menganga di antara kedua pahanya itu. āBoleh kucium dan kujilat inimu Bu?ā tanyaku sambil mendekatkan kepalaku ke selangkangannya. āTerserah dech, tapi jangan lama-lama, sebab aku semakin tak tahan lagiā katanya pasrah. Dina bergelinjang kuat. Pantatnya terangkat-angkat ketika aku menusuk-nusukkan lidahku ke lubang kemaluannya, apalagi saat aku menggigit-gigit kecil kelentitnya yang agak keras dan kenyal itu. Ia semakin berdesis dan setengah berteriak akibat perlauanku yang mengasyikkan itu. Ia sangat menikmatinya, bahkan menekan kepalaku lebih dalam lagi. āBoleh kumasukkan sekarang Bu?ā tanyaku meski aku yakin ia sangat mendambakannya dari tadi. Secara berlahan tapi pasti, ujung kontolku mulai menyentuh kelentitnya lalu bergeser mencari lubangnya. Setelah ketemu, sedikit demi sedikit mulai menyelusup masuk. Bahkan ketika masuk separoh, aku berniat berlama-lama disiti, tapi dasar wanita yang sudah sangat penasaran, maka ia segera menarik punggungku dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya, sehingga kontolku amblas seluruhnya tanpa bisa lagi kukendalikan. āAahhkkhh.. Uukk.. Hhmm.. Eeanaakk.. Sesekaali. Teerus Pak, ayoo.. Gocokk.. Llrr.. Hh.. Aauuhhā itulah suara yang sempat dikeluarkan dari mulut Dina ketika gocokan kontolku semakin keras dan cepat. Ia bagaikan orang kehausan yang menemukan air minum. Diteguknya keras-keras dan napasnya seolah terputus sejenak menahan rasa kenikmatan yang kuberikan. Tanpa bicara lagi, Dina langsung memutar tubuhnya, sehingga ia berada di atas mengangkangiku. Ia bagaikan orang naik kuda. Bunyi pantatnya sangat keras beradu dengan perutku, karena ia duduk di atasku sambil membelakangi wajahku. āAkkhh.. Uuhh.. Uuhh.. Aakkhh..ā Suara itulah yang sempat keluar dari mulutku ketika kurasakan nikmatnya vagina Dina yang menjepit kemaluanku. Ia seolah tak kenal lelah dan tak mau berhenti melompat di atasku. āAkkhh.. Buu.. Buu..ā berhenti dulu donk. Kita istirahat dulu. Aku kecapean nihā teriakku ketika kurasakan ada cairan hangat yang mulai mau menyelusup keluar di ujung perutku. Tapi Dina tetap saja bergerak dan bergoyang pinggul di atasku tanpa peduli ucapanku. Karena ia tak mau berhenti, aku segera bangkit dan berlutut sehingga ia secara otomatis nungging di depanku. Aku langsung hantam dari belakang dan menggocok keras serta cepat hingga terasa cairan hangatku sudah berada di ujung penisku. Aku sudah tidak peduli di mana mau tumpah, apa di luar atau di dalam kemaluan Dina. Yang penting puas. āPak, cepat donk, terus gocok dengan keras, ayohh.. Uuhh.. Aahh.. Uummhh.. Auhhā kata Dina terputus-putus. Sedetik kemudian, Dina berteriak sedikit keras āAiihh.. Aakuu.. Kkeeluuaarr.. Paaā dan saat itu pula aku tak mampu mengendalikan diri, sehingga cairan hangatkupun tumpah ke dalam rahim Dina. Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Kami saling memberi kenikmatan yang luar biasa. Pertemuan kemaluan kami terasa sangat rapat dan seolah melekat, sehingga terasa gemetar seluruh tubuh kami. Dina langsung telungkup dan merapatkan perutnya ke kasur, sementara aku tetap menindihnya. Setelah hampir 2 menit kami tidak bergerak, akhirnya kami saling telentang puas. Namun, tiba-tiba muncul rasa ketakutan dalam hati saya kalau-kalau Dina hamil akibat cairan kentalku masuk ke rahimnya. āPak, terima kasih atas kenikmatan yang kau berikan. Aku sama sekali baru kali ini merasakannya. Ternyata selama ini aku belum pernah merasakan kepuasan dan menikmati sex yang sebenarnya dari suami saya. Kepuasan yang kuterima dari suami saya selama ini hanyalah semu dan..ā belum selesai bicara, aku segera memotongnya dan berkata āMaaf Bu bila kenikmatan yang sempat kuberikan masih sedikit, sebab sedianya aku akan memberikan sebanyak mungkin, tapi lain kali saja, sebab aku capek sekali. Habis kita baru saja lari subuhā balasku. Setelah itu, kami saling berpelukan dan memberi ciuman perpisahan, lalu kami bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Di dalam kamar kami saling berbisik karena takut ada orang lain yang mendengar pembicaraan kami. Setelah kami berpakaian lengkap seperti semula, aku lalu membuka pintu belakang rumahku dan memeriksa kalau-kalau ada orang lain yang lalu lalang dan mencurigakan, tapi ternyata sepi. Aku masih mau tahan agar Dina istirahat sejenak untuk melanjutkan ronde berikutnya, tapi tiba-tiba Dina melihat jam tangannya lalu segera pamit keluar karena katanya sudah pukul menit siang. Suaminya sudah hampir bangun. Iapun cepat-cepat kembali ke rumahnya. Besoknya kami sempat ketemu seperti layaknya tetangga dan kami pura-pura bersikap biasa-biasa saja, namun hari minggu berikutnya, kamipun kembali berlari subuh bersama, tapi kami hanya sepakat untuk mengulangi persetubuhan kalau ada kesempatan kapan-kapan saja. Aku menjanjikan tip yang lebih nikmat lagi, dan iapun setuju. Kisah Nyata Istri Tetangga Yang Butuh Kepuasan by ā Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo.
ceritadewasa(kisah nyata) iba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat."Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik." Dan Muki menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Muki memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku.
BAGIAN KEEMPAT - MALAM PERTAMA updated tanggal 04/04/2020 pada Keesokan harinya bang ewo pun pamit untuk pulang ke rumahnya yang berada pinggiran kota, tidak jauh dari rumah lama kami. Dan aku pun kembali kepada aktifitasku biasanya yaitu sekolah, pulang, namun pada kali ini aku sangat mengurangi jatahku untuk bermain di halaman belakang sejak kejadian waktu itu. Rasanya rumah ini sungguh terasa asing bagiku sekarang, atau karena aku saja yang terlalu panaroid ya? memang, aku bisa dikatakan sebagai anak yang paling penakut di keluarga ini. Nonton film horror saja, bisa tidak tidur semalaman. Jadi, aku lebih menyibukkan diriku untuk bermain game playstation pada waktu itu. Ketika aku bermain game playstation ini, memang pikiranku akan hal-hal yang membuatku takut sedikit terlupakan. Namun itu hanya bersifat sementara, karena ketika malam telah tiba semua pikiran-pikiran liarku mengenai ruangan yang terkunci itu kembali meluap. Gelisah tak tentu arah, mencoba untuk tidur pun aku tidak bisa karena pikiranku yang selalu mengingat akan hal-hal yang menakutkan mengenai ruangan yang terkunci itu. Aku mencoba untuk menenangkan pikiranku pada saat itu, dari menghitung domba dari satu sampai seratus hingga memikirkan kejadian-kejadian lucu yang ada di sekolah hari ini. Namun semuanya nihil dan tidak ber-dampak sedikit pun kepadaku, padahal mulutku sudah penuh dengan nguapan yang menyuruhku untuk tidur terlelap. Hal hasil aku pun hanya bisa melihat jam yang terus berputar dengan pelannya sambil memikirkan hal-hal yang menakutkan itu. Tidak terasa jarum jam pun sudah menunjukkan ke angka sebelas, orang tua dan adikku pun terlihat sudah tidur terlelap. Badanku tak nyaman, pikiranku pun sangat gelisah pada saat itu. Lantas aku ubah posisi tidurku yang semula terlentang menjadi tengkurap, berharap dengan aku mengubah posisi tidurku itu, akan lebih membuat badanku terasa lelah. Tapi, ternyata pilihanku itu salah besar. Bukannya lelah yang aku dapatkan melainkan pengalaman spiritual yang aku rasakan ketika itu. "tap..tap..tap.." Aku mendengar suara langkah-langkah kaki yang berlari-lari kecil di balik pintu kamarku itu."Oh.. mungkin oomku baru pulang.." pikirku dalam hati. Awalnya aku mengabaikannya saja, namun setelah beberapa menit kemudian langkah-langkah kaki itu pun kembali ku dengar. Pada kali kedua ini, aku masih mencoba untuk ber-positif thinking, "mungkin oomku lapar.." hingga aku mendengar suara tersebut untuk yang ketiga kalinya. Dan lagi-lagi aku masih ber-positif thingking, "cepat juga oomku makannya ya.." Selang beberapa menit setelah itu, terdengar lagi untuk yang ke-empat kalinya. Dan kali ini aku benar-benar takut sekaligus penasaran. "Masa iya oomku malam-malam mondar-mandir? emang mau ngapain?" pikirku sembari mengecek keadaan di balik pintu kamarku itu lewat ventilasi yang berada di pintu itu. Ya, di pintu kamarku terdapat ventilasi kecil yang letaknya dibagian bawah dari pintu tersebut. Jadi, aku bisa mengecek keadaan dari balik pintu itu, lewat celah-celah kecilnya tersebut. "tap..tap..tap..." Yang benar saja! yang aku lihat malam ini bukan main adanya, antara percaya dan tidak percaya. Seketika badanku waktu itu langsung gemetar, mulutku tiba-tiba membisu, bulu kudukku perlahan-lahan berdiri, namun mataku tak bisa memicing sedikit pun. Pandanganku seketika ter-fokus pada bayangan-bayangan kaki yang berukuran mungil yang berlari-lari ke arah dapur, lalu balik lagi ke arah ruang tamu. Sontak, aku pun langsung menutup kepalaku dengan bantal dalam-dalam dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apa pun dari mulutku. Tidak lagi aku bisa berpikir panjang saat itu, yang bisa kulakukan hanya lah memejamkan mata hingga pada akhirnya aku pun terlelap. Dan aku berharap, keesokan harinya aku bisa menceritakan kejadian semalam pada orangtuaku. Namun anehnya pada keesokan harinya itu, sekilas aku terlupa dengan kejadian semalam hingga aku pun tidak ingat untuk menceritakannya kepada orangtuaku. Tapi, kejadian itu kembali teringat ketika malam hari tiba disaat aku ingin tidur. Entahlah aku pun tidak mengerti, apa yang membuatku lupa untuk menceritakannya kepada orangtuaku, atau jangan-jangan mereka sedang mem-permainkan pikiranku? lantas untuk apa? apakah mereka takut untuk dianggap ada oleh manusia? atau apakah mereka ingin dianggap tidak ada oleh manusia? sungguh pikiranku pada saat itu benar-benar tidak karuan lagi. Dua hari telah berlalu sejak malam pertama mereka menampakkannya kepadaku, di malam kedua kemarin mereka juga masih tetap menampakkan kehadirannya kepadaku, pada jam yang sama, tempat yang sama dengan langkah-langkah kaki yang sama. Entah apa maksud mereka melakukan hal itu, apakah mereka hanya ingin menakut-nakutiku? atau apakah mereka ingin mengajakku bermain? tapi seharusnya mereka paham bahwa aku terlalu takut untuk bermain bersama mereka. Di hari ketiga ini, aku benar-benar bertekat untuk menceritakannya kepada orangtuaku, apa yang aku lihat pada dua malam kemarin. Tapi nyatanya tekatku hilang bersama dengan ingatanku, sesaat aku melupakan lagi apa yang harus aku sampaikan kepada orangtuaku itu. Namun aku menyadarinya sekarang, sepertinya aku tidak lupa dengan apa yang ingin aku sampaikan kepada orangtuaku saat itu, hanya saja aku merasa berat untuk menceritakan hal-hal tersebut kepada mereka. Mungkin, kalian pun pernah mengalami atau berada diposisi yang sama. Aku pun sulit menjelaskannya mengapa, tapi aku yakin kalian yang pernah berada pada posisiku ini pasti mengerti apa yang kumaksud. Malam pun telah tiba, aku sudah bersiap-siap dengan mentalku untuk menghadapi suara-suara aneh yang mereka buat. Detik demi detik, menit demi menit, setia aku melihat jarum jam yang berputar dengan lambatnya. Dan tidak terasa jarum jam pun telah menunjukkan pada angka sebelas, senantiasa aku tunggu kode-kodean dari mereka. Tapi anehnya, sudah lewat lima menit, suara-suara mereka pun masih belum terdengar, aku tunggu lagi dengan mental yang sudah aku persiapkan sebelumnya sembari mengubah posisi tidurku menjadi tengkurap dan sesekali melihat ke arah ventilasi pintu tersebut. Tapi, lima belas menit setelahnya, tiga puluh menit setelahnya, hasilnya nihil. Mereka pada malam ini tidak menampakkan dirinya seperti malam-malam sebelumnya. Ada apa? apakah mereka sudah pergi dari rumah ini? atau apakah mereka sudah puas untuk menakut-nakutiku? setidaknya aku pun menunggu mereka hingga aku terlelap dengan tidur tengkurapku. "Malam ini, sepertinya tidurku sangat nyenyak sekali.." Keesokan harinya hari ke-empat setelah penampakkan pertama, aku pun melanjutkan aktifitasku seperti biasanya sebagai anak pelajar yang dari pagi sampai sore aktifitasku untuk pergi menimba ilmu ke sekolah dan dari sore hingga malam aku pergunakan untuk bermain game atau membuat peer sekolahku jika ada. Pikiranku mengenai kejadian-kejadian sebelumnya mulai memudar, dan pada saat itu jam menunjukkan angka sepuluh. Aku pun berbaring di tempat tidurku, sekilas aku melihat ke arah tempat tidur adikku yang tidak jauh dari tempat tidurku, "Oh, masih belum tidur ya.." gumamku sembari aku melihat adikku sedang berbincang-bincang dengan orangtuaku. Aku pun sudah tidak lagi menghiraukan kejadian-kejadian kemarin itu, hingga aku pun lengah karenanya. Ketika orangtuaku sudah terlelap tidur, dan ketika adikku masih bersiap-siap untuk tidur.. "tap...tap..tap..." seketika itu pun aku keringat dingin karena mendengarkan suara-suara aneh yang tidak ingin kudengar lagi, "aku pikir mereka telah benar-benar pergi.." lalu aku pun melihat angka jarum jam yang telah menunjukkan angka sebelas. Diam membisu dengan bulu kudukku yang berdiri, aku pun langsung mengambil posisi tidur tengkurap sembari melihat ke arah ventilasi pintu itu. Lantas, adikku ketika itu melihatku dan berkata, "bang.. ngapain?" aku pun langsung menyuruh adikku untuk diam dengan kodean tanganku padanya. Karena penasaran, adikku menghampiriku dan melihatku sedang memperhatikan ke arah ventilasi pintu kamar itu. "Ngapain bang liat-liat kesana?" tanya adikku. Aku pun langsung menarik tangannya dan menyuruhnya untuk melihat ke arah ventilasi pintu tersebut, dan kami pun pada saat itu sama-sama memperhatikan bayangan-bayangan anak kecil yang sedang berlari-lari itu. Aku pikir ini hanyalah imajinasiku saja. Tapi ternyata bukan! adikku juga melihat dan mendengar sama dengan apa yang aku lihat dan aku dengar. Dan pada saat itu, diam dan melihat yang hanya bisa kami lakukan. Tidak lama setelah penampakan bayangan-bayangan itu berhenti, kami pun dibuat terkejut dan langsung memendam kepala kami dengan bantal dalam-dalam, hingga kami tidak mendengar apa yang kami dengar pada malam itu. "Ini, benar-benar sudah jauh lebih menyeramkan.." Bayangkan saja setelah suara langkah-langkah dan bayangan kaki itu berhenti, kami langsung dikejutkan kembali dengan suara orang yang sedang memasak di dapur. Gesekkan antara wajan dan spatula jelas terdengar dari kedua telinga kami. Malam ini benar malam-malam terburuk yang pernah kami alami, namun untungnya kami terselamatkan oleh kantuk yang membuat kami terlelap disaat kami memendamkan kepala dengan dalamnya. "Fix, besok aku akan menceritakan kepada orangtuaku mengenai apa yang aku dan adikku alami malam ini." Bagian keempat... selesai. next update, besok siang yaa gan.. terimakasih..
3qocv.